Pesantren Zainul Anwar yang didirikan KH Abdullah Mughni kini berusia 50
tahun. Meski demikian, rintisan pendirian pesantren ini sudah
berlangsung jauh sebelum itu, pada masa leluhur kiai tersebut.
Pesantren Zainul Anwar yang terletak di Desa Alassumur Kulon Kota Kraksaan Kabupaten Probolinggo saat ini diasuh oleh Muhammad Al-Fayyumi, putra ketiga pendiri pesantren Kiai Abdullah Mughni.
Pesantren Zainul Anwar mempunyai lembaga pendidikan komplit. Lembaga pendidikan formal yang berdiri terdiri dari PAUD, RA, MI, MTs dan MA. Sementara pendidikan informal dilangsungkan pada malam hari.
“Tak ada yang berbeda dengan kegiatan pembelajaran di pesantren ini. Hanya saja pendidikan disini ada tambahannya, yakni sekolah agama. Khusus sore hari, kami bebaskan para santri untuk beristirahat atau belajar,” ungkap Muhammad Al-Fayyumi, Selasa (9/9).
Pembelajaran informal yang diberikan pada santri meliputi pelajaran nahwu, shorrof, kitab kuning, tafsir dan pelajaran agama lainnya. Pendidikan informal terdiri dari tiga tingkatan. Yakni tingkat ula (awal), wustho (pertengahan) dan ulya (atas).
Selain mendidik santri melalui jalur formal dan informal, pesantren ini juga tetap menjadi silaturahim dengan masyarakat. Tiap Senin malam, pengurus pesantren menggelar pengajian Majelis Dzikir dan sholawat. “Sebulan sekali pada malam Jumat Legi, ada pengajian Manaqib Syekh Abdul Qadir Al-Jaelani,” pungkasnya. (Syamsul Akbar/Abdullah Alawi)
Pesantren Zainul Anwar yang terletak di Desa Alassumur Kulon Kota Kraksaan Kabupaten Probolinggo saat ini diasuh oleh Muhammad Al-Fayyumi, putra ketiga pendiri pesantren Kiai Abdullah Mughni.
Pesantren Zainul Anwar mempunyai lembaga pendidikan komplit. Lembaga pendidikan formal yang berdiri terdiri dari PAUD, RA, MI, MTs dan MA. Sementara pendidikan informal dilangsungkan pada malam hari.
“Tak ada yang berbeda dengan kegiatan pembelajaran di pesantren ini. Hanya saja pendidikan disini ada tambahannya, yakni sekolah agama. Khusus sore hari, kami bebaskan para santri untuk beristirahat atau belajar,” ungkap Muhammad Al-Fayyumi, Selasa (9/9).
Pembelajaran informal yang diberikan pada santri meliputi pelajaran nahwu, shorrof, kitab kuning, tafsir dan pelajaran agama lainnya. Pendidikan informal terdiri dari tiga tingkatan. Yakni tingkat ula (awal), wustho (pertengahan) dan ulya (atas).
Selain mendidik santri melalui jalur formal dan informal, pesantren ini juga tetap menjadi silaturahim dengan masyarakat. Tiap Senin malam, pengurus pesantren menggelar pengajian Majelis Dzikir dan sholawat. “Sebulan sekali pada malam Jumat Legi, ada pengajian Manaqib Syekh Abdul Qadir Al-Jaelani,” pungkasnya. (Syamsul Akbar/Abdullah Alawi)
Posting Komentar