Pondok pesantren ini didirikan dan diasuh oleh K.H. Syarwani Zuhri, ulama besar yang pernah belajar kepada beberapa syaikh di Timur Tengah selama 12 tahun.
Tanah seluas 30 ha itu dulunya hutan semak belukar. Pada pertengahan tahun 1987, tanah yang terletak di Km 19,5 Jalan Raya Balikpapan-Samarinda tersebut kemudian dibuka dan di atasnya didirikan pondok pesantren yang nama lengkapnya Pondok Pesantren Syech Muhammad Arsyad Al-Banjari.
Pondok pesantren ini didirikan oleh K.H. Syarwani Zuhri, ulama besar yang pernah belajar kepada beberapa syaikh di Timur Tengah selama 12 tahun, dan terutama berguru kepada Almaghfurlah Guru Muhammad Syarwani Abdan Bangil. Atas pesan Guru Bangil pula, ia berdakwah di Balikpapan. Sementara, teman seperguruannya, yaitu Zaini Abdul Ghani, yang kemudian terkenal dengan sebutan ”Guru Ijai”, bertugas di Martapura.
Kedua murid itu kini sudah menjadi ulama besar dan berhasil mengasuh pondok pesantren dan majelis ta’lim yang besar. Sayang Guru Ijai meninggal lebih dahulu. Kini K.H. Syarwani Zuhri istiqamah meneruskan dakwah gurunya di Balikpapan.
Pembangunan Pondok Pesantren Syech Muhammad Arsyad Al-Banjari dimulai pada 1987. Perataan tanah pada 1990 dibantu oleh Den Zipur Kodam VI Tanjung Pura. Pada tanggal 13 Maret 1993, diresmikanlah pondok pesantren ini.
Kini di pondok pesantren ini sudah tersedia masjid, gedung Ma’had Aly, penginapan santri, perumahan para ustadz, selain rumah untuk pengasuh pondok pesantren. Di samping itu juga perpustakaan, puskesmas, kantin, dan lapangan olahraga.
K.H. Syarwani Zuhri memulai proses pendidikan di pesantren ini awalnya hanya dengan 45 santri. Waktu itu ia masih sendirian. Kini, jumlah santri di Pondok Pesantren Syech Muhammad Arsyad Al-Banjari ada sekitar 470 putra dan 159 putri. Santri putri memang masih sedikit, karena pondok pesantren putri baru didirikan tahun 2004.
Begitu juga, kini K.H. Syarwani Zuhri tidak sendirian lagi, ia dibantu 25 ustadz senior dan beberapa guru bantu. Di antara para ustadz itu adalah Ustadz H. Jailani Mawardi Al-Hafizh, alumnus Madrasah Shaulatiyah dan Sayyid Muhammad Al-Maliki Makkah, Ustadz H. Muhammadun, S.Pd.I., alumnus Darul Musthafa Tarim, Yaman, Ustadz H. Zainal Ilmi, Lc., alumnus Rubath Tarim, Yaman, Ustadz H.A. Mu’in, alumnus Darul Musthafa Tarim, Yaman, Ustadz H.M. Faluis, alumnus Darul Musthafa, Tarim, Yaman, yang juga anak Almaghfurlah Guru Syarwani Abdan, Bangil.
Para alumnus Pondok Pesantren Syech Muhammad Arsyad Al-Banjari diterima di masyarakat. Banyak di antara mereka mengisi jabatan imam dan pengurus masjid di Kalimantan Timur, khususnya Balikpapan. Ada pula yang melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi, karena Pondok Pesantren Syech Muhammad Arsyad Al-Banjari juga membekali alumninya dengan Ijazah Paket C, yang setara dengan SMA.
Pondok pesantren ini membiayai pendidikannya dari sumbangan orangtua santri, masyarakat, serta usaha mandiri pondok pesantren, yaitu usaha peternakan sapi serta pabrik roti. Tentu saja, bantuan pemerintah dan sumbangan dermawan juga sangat diharapkan.
Gemblengan Banyak Guru
K.H. Ahmad Syarwani Zuhri lahir di Desa Sungai Gampa Marabahan, Kecamatan Rantau Badauh, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan, kurang lebih 40 km dari kota Banjarmasin, pada tanggal 8 Agustus 1950, dari pasangan Haji Zuhri bin Haji Acil dan Hajjah Marwiyah binti Haji Khalil. Haji Zuhri adalah seorang petani biasa yang wara’. Ia lahir dalam lingkungan adat keluarga yang sangat fanatik.
Awalnya, Ahmad Syarwani kecil dimasukkan ke sekolah agama Islam tingkat Ibtidaiyah dan kemudian Tsanawiyah di Madrasah Sulam ‘Ulum di Desa Sungai Gampa (1959-1961). Ia diasuh para guru, terutama K.H. Muhammad Marzuki Musthafa, hingga berhasil meneruskan ke tingkat selanjutnya.
Kemudian ia belajar di Madrasah ‘Aliyah Pondok Pesantren Darussalam di Martapura, Kalimantan Selatan. Masuk tahun 1962, lulus tahun 1970. Pada masa itu pondok pesantren ini di bawah asuhan Guru Tuha, yaitu K.H. Abdul Qadir Hasan dan K.H. Anang Sya’rani Arif (muhaddits Kalimantan).
Atas dorongan orang tua dan para guru agama, ia melanjutkan menimba ilmu ke kota Bangil, Pasuruan, Jawa Timur, pada Pondok Pesantren Datuk Kelampian selama tiga tahun (1970-1973), yang diasuh Guru Syarwani Abdan.
Kemudian, atas pengarahan dan dorongan serta doa restu sang guru, ia melanjutkan pendidikannya ke luar negeri, Arab Saudi, dan kemudian bermukim di sana. Ia berada di Timur Tengah selama lebih kurang 12 tahun.
Selama di Makkah Al-Mukarramah, ia sempat menimba ilmu dari tokoh-tokoh Islam dunia, ulama-ulama dan guru-guru besar Al-Haramain: Makkah dan Madinah. Antara lain, Yang Mulia Syaikhuna Sayyid Muhammad Amin Kutbi, Asy-Syaikh Muhadditsul Al-Haramain Hasan bin Muhammad Al-Masysyath (mufti Makkah Al-Mukarramah), Asy-Syaikh Al-’Allamah Muhammad Yasin bin ‘Isa Al Fadani Al-Makki (direktur Madrasah Ad-Diniyah Darul ‘Ulum Makkah Al-Mukarramah), Asy-Syaikh Muhammad Nursayf Rahimahullah, Al-Habib Al-’Alim Al-Allamah Abdul Qadir bin Ahmad As-Seggaf (wali quthb, Jeddah), Asy-Syaikh Al-’Arif billah Al-Habib Abu Bakar bin Abdullah Al-Habsyi, Asy-Syaikh Muhadits Al-Haramain Al-Habib Muhammad bin Alwi Al-Maliki Al-Hasani, Asy-Syaikh Isma’il bin Zein Al-Yamani Al-Makki, Al-Habib Al-Muhaddits Syu’aib Abu Madyan, Asy-Syaikh Al-Faqih Al-’Allamah Zakariyya bin Abdullah Billa, Asy-Syaikh Al-Muhaddits Umar Hamdan At-Tunisi.
Sedang di kota Madinah Al-Munawarrah, ia sempat belajar dan memperdalam ilmu kepada Asy-Syaikh Al-Hafizh Zakariyya Kandahlawi Al-Madani, Asy-Syaikh Al- ‘Arif billah Muhammad Fahmi Al-Madani, dan Asy-Syaikh Sayyid Muhammad Al-Muntasir Al-Kattani (Mufassir).
Walau cukup lama di Makkah dan Madinah, rupanya dahaga ilmunya belum terpuaskan. Maka berangkatlah ia ke Syria, untuk belajar sertra mengambil ijazah ilmu-ilmu tafsir dan ilmu-ilmu hadits kepada para ulama di sana. Antara lain Al-Hafizh Al-’Alim Allamah Al-Muhaddits Sayyid Muhammad Badaruddin Al-Husaini Ad-Dimasyqi, Asy-Syaikh Al-Allamah Al-Arif billah Izzuddin Al-Ghaznawi, Asy-Syaikh Al-Allamah Al-Mufassir Muhammad Asy-Syami, As-Syaikh Al-’Alim Al-’Allamah Muhammad An-Nabhani (pengasuh Madrasah Diniyah An-Nahdlatul Ulum Al-Halabi), As-Syaikh Al-’Alim Al-Allamah Rasyid Rasyad Ad-Dimasyqi.
Dari Syria, ia menuju Irak. Di sana, ia memperdalam ilmu dengan beberapa ulama besar. Antara lain Al-’Allamah Al-Muhaddits Abdul Hay An-Naisyabur, Al-Allamah Mahmud bin Ahmad Al-Baghdadi, Asy-Syaikh Al-Arif Billah Muhammad Bisa Ahmad As-Sayid Ar-Rifa’i, Asy-Syaikh Al-’Allamah Al-Quthb Al-Ghauts Al-Akbar Muhammad Al-Fasi, Sayyid Ahmad bin Muhammad Mahyuddin Al-Husaini.
Setelah menuntut ilmu di Irak, ia melanjutkan pengembaraannya ke Negeri Piramida, Mesir, yang cukup terkenal sebagai gudangnya ilmu dan ulama. Di sana, ia memperdalam ilmu kepada para ulama negeri itu, seperti Asy-Syaikh Al-Imam Al-’Arif billah Sayyid Muhammad bin Shaleh Al-Ja’fari (imam mufti Al-Azhar Syarif, Mesir), Asy-Syaikh Al-Alim Al-Allamah Hasanain Muhammad Makhluf (mufti Mesir), Asy-Syaikh Prof. Dr. Al-Imam Abdul Halim Mahmud (rektor Al-Azhar University, Mesir), Al-’Alim Al-Allamah Syaikh Muhammad Sulaiman bin Muhammad An-Namiri At-Thanthawi (rektor University Jami’ah Muhammiyah Asy-Syafa Thantha).
Kemudian ia ke Maroko. Di sana, ia antara lain belajar kepada Al-Hafizh Al-Muhaddits Sayyid Ahmad bin Shiddiq Al-Ghumari, Al’Alim Al-Allamah Syaikh Abdul Aziz Shiddiq Al-Ghumari, Asy-Syaikh Al-’Allamah Asy-Syarif Muhammad bin Abbas Al-Fasi Al-Hasani.
Lalu, ia hijrah ke Yaman. Di sana antara lain ia memperdalam ilmu kepada Asy-Syaikh Al-Allamah Al-Faqih Yahya Al-Ahdal, Al-Arif billah Sayyid Abu Madyan, Asy-Syaikh Al-’Allamah Al-Faqih Abdullah Al-Lahiji, Al-Allamah Asy-Syaikh Al-Muhaddits Al-Yamani Ahmad bin Yahya bin Abdul Wasyi.
Ia juga pernah mengambil ijazah dari dua ulama besar negeri Sudan, yaitu Syaikh Ibrahim Ar-Rasyidi As-Sudani dan Syaikh Al-’Allamah Ahmad Jabarti.
Begitulah waktu terus berjalan, hingga akhirnya pada tahun 1986 ia kembali ke tanah air, dan langsung menuju kampung halaman di Sungai Gampa Marabahan, Barito Kuala, Kalimantan Selatan. Kedua orangtuanya selalu menanti kedatangan anaknya yang tercinta yang sudah dua belas tahun menetap di Timur Tengah.
Atas inisiatif keluarga, ia kemudian membeli rumah di Martapura, yaitu di Jalan Pesayangan Gang Kurnia RT I No. 1.
Beberapa saat ia menempati rumah yang baru dibeli, sambil merasakan nikmatnya barakah berkumpul dengan guru-guru dan ulama-ulama di Martapura, seperti K.H. Samman Mulia, K.H. Muhammad Zaini Ghani, K.H. Husin Dahlan, K.H.M. Ramli Radhi, K.H. Badaruddin, K.H. M. Royani.
Namun kemudian beberapa keluarga dan kawan seperguruan sekaligus gurunya, K.H. Muhammad Shafwan (Guru Handil), Handil 6 Muara Jawa, sangat mengharapkan supaya ia bisa mengajar di Balikpapan khususnya, Kalimantan Timur umumnya.
Maka ia pun melakukan shalat Istikharah, sambil menanti saran serta pertimbangan dari guru yang mulia, K.H. M. Syarwani Abdan, Bangil.
Qadar Allah SWT berlaku jua. Dengan penuh rasa ikhlas, ia pindah dan menetap di Balikpapan.
Dengan bantuan dan dorongan istri setia, ia dapat membeli rumah yang sederhana di Balikpapan Timur.
Maka begitulah, pada pertengahan tahun 1987, mulailah dibangun Pondok Pesantren Syech Muhammad Arsyad Al-Banjari.
Tanah seluas 30 ha itu dulunya hutan semak belukar. Pada pertengahan tahun 1987, tanah yang terletak di Km 19,5 Jalan Raya Balikpapan-Samarinda tersebut kemudian dibuka dan di atasnya didirikan pondok pesantren yang nama lengkapnya Pondok Pesantren Syech Muhammad Arsyad Al-Banjari.
Pondok pesantren ini didirikan oleh K.H. Syarwani Zuhri, ulama besar yang pernah belajar kepada beberapa syaikh di Timur Tengah selama 12 tahun, dan terutama berguru kepada Almaghfurlah Guru Muhammad Syarwani Abdan Bangil. Atas pesan Guru Bangil pula, ia berdakwah di Balikpapan. Sementara, teman seperguruannya, yaitu Zaini Abdul Ghani, yang kemudian terkenal dengan sebutan ”Guru Ijai”, bertugas di Martapura.
Kedua murid itu kini sudah menjadi ulama besar dan berhasil mengasuh pondok pesantren dan majelis ta’lim yang besar. Sayang Guru Ijai meninggal lebih dahulu. Kini K.H. Syarwani Zuhri istiqamah meneruskan dakwah gurunya di Balikpapan.
Pembangunan Pondok Pesantren Syech Muhammad Arsyad Al-Banjari dimulai pada 1987. Perataan tanah pada 1990 dibantu oleh Den Zipur Kodam VI Tanjung Pura. Pada tanggal 13 Maret 1993, diresmikanlah pondok pesantren ini.
Kini di pondok pesantren ini sudah tersedia masjid, gedung Ma’had Aly, penginapan santri, perumahan para ustadz, selain rumah untuk pengasuh pondok pesantren. Di samping itu juga perpustakaan, puskesmas, kantin, dan lapangan olahraga.
K.H. Syarwani Zuhri memulai proses pendidikan di pesantren ini awalnya hanya dengan 45 santri. Waktu itu ia masih sendirian. Kini, jumlah santri di Pondok Pesantren Syech Muhammad Arsyad Al-Banjari ada sekitar 470 putra dan 159 putri. Santri putri memang masih sedikit, karena pondok pesantren putri baru didirikan tahun 2004.
Begitu juga, kini K.H. Syarwani Zuhri tidak sendirian lagi, ia dibantu 25 ustadz senior dan beberapa guru bantu. Di antara para ustadz itu adalah Ustadz H. Jailani Mawardi Al-Hafizh, alumnus Madrasah Shaulatiyah dan Sayyid Muhammad Al-Maliki Makkah, Ustadz H. Muhammadun, S.Pd.I., alumnus Darul Musthafa Tarim, Yaman, Ustadz H. Zainal Ilmi, Lc., alumnus Rubath Tarim, Yaman, Ustadz H.A. Mu’in, alumnus Darul Musthafa Tarim, Yaman, Ustadz H.M. Faluis, alumnus Darul Musthafa, Tarim, Yaman, yang juga anak Almaghfurlah Guru Syarwani Abdan, Bangil.
Para alumnus Pondok Pesantren Syech Muhammad Arsyad Al-Banjari diterima di masyarakat. Banyak di antara mereka mengisi jabatan imam dan pengurus masjid di Kalimantan Timur, khususnya Balikpapan. Ada pula yang melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi, karena Pondok Pesantren Syech Muhammad Arsyad Al-Banjari juga membekali alumninya dengan Ijazah Paket C, yang setara dengan SMA.
Pondok pesantren ini membiayai pendidikannya dari sumbangan orangtua santri, masyarakat, serta usaha mandiri pondok pesantren, yaitu usaha peternakan sapi serta pabrik roti. Tentu saja, bantuan pemerintah dan sumbangan dermawan juga sangat diharapkan.
Gemblengan Banyak Guru
K.H. Ahmad Syarwani Zuhri lahir di Desa Sungai Gampa Marabahan, Kecamatan Rantau Badauh, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan, kurang lebih 40 km dari kota Banjarmasin, pada tanggal 8 Agustus 1950, dari pasangan Haji Zuhri bin Haji Acil dan Hajjah Marwiyah binti Haji Khalil. Haji Zuhri adalah seorang petani biasa yang wara’. Ia lahir dalam lingkungan adat keluarga yang sangat fanatik.
Awalnya, Ahmad Syarwani kecil dimasukkan ke sekolah agama Islam tingkat Ibtidaiyah dan kemudian Tsanawiyah di Madrasah Sulam ‘Ulum di Desa Sungai Gampa (1959-1961). Ia diasuh para guru, terutama K.H. Muhammad Marzuki Musthafa, hingga berhasil meneruskan ke tingkat selanjutnya.
Kemudian ia belajar di Madrasah ‘Aliyah Pondok Pesantren Darussalam di Martapura, Kalimantan Selatan. Masuk tahun 1962, lulus tahun 1970. Pada masa itu pondok pesantren ini di bawah asuhan Guru Tuha, yaitu K.H. Abdul Qadir Hasan dan K.H. Anang Sya’rani Arif (muhaddits Kalimantan).
Atas dorongan orang tua dan para guru agama, ia melanjutkan menimba ilmu ke kota Bangil, Pasuruan, Jawa Timur, pada Pondok Pesantren Datuk Kelampian selama tiga tahun (1970-1973), yang diasuh Guru Syarwani Abdan.
Kemudian, atas pengarahan dan dorongan serta doa restu sang guru, ia melanjutkan pendidikannya ke luar negeri, Arab Saudi, dan kemudian bermukim di sana. Ia berada di Timur Tengah selama lebih kurang 12 tahun.
Selama di Makkah Al-Mukarramah, ia sempat menimba ilmu dari tokoh-tokoh Islam dunia, ulama-ulama dan guru-guru besar Al-Haramain: Makkah dan Madinah. Antara lain, Yang Mulia Syaikhuna Sayyid Muhammad Amin Kutbi, Asy-Syaikh Muhadditsul Al-Haramain Hasan bin Muhammad Al-Masysyath (mufti Makkah Al-Mukarramah), Asy-Syaikh Al-’Allamah Muhammad Yasin bin ‘Isa Al Fadani Al-Makki (direktur Madrasah Ad-Diniyah Darul ‘Ulum Makkah Al-Mukarramah), Asy-Syaikh Muhammad Nursayf Rahimahullah, Al-Habib Al-’Alim Al-Allamah Abdul Qadir bin Ahmad As-Seggaf (wali quthb, Jeddah), Asy-Syaikh Al-’Arif billah Al-Habib Abu Bakar bin Abdullah Al-Habsyi, Asy-Syaikh Muhadits Al-Haramain Al-Habib Muhammad bin Alwi Al-Maliki Al-Hasani, Asy-Syaikh Isma’il bin Zein Al-Yamani Al-Makki, Al-Habib Al-Muhaddits Syu’aib Abu Madyan, Asy-Syaikh Al-Faqih Al-’Allamah Zakariyya bin Abdullah Billa, Asy-Syaikh Al-Muhaddits Umar Hamdan At-Tunisi.
Sedang di kota Madinah Al-Munawarrah, ia sempat belajar dan memperdalam ilmu kepada Asy-Syaikh Al-Hafizh Zakariyya Kandahlawi Al-Madani, Asy-Syaikh Al- ‘Arif billah Muhammad Fahmi Al-Madani, dan Asy-Syaikh Sayyid Muhammad Al-Muntasir Al-Kattani (Mufassir).
Walau cukup lama di Makkah dan Madinah, rupanya dahaga ilmunya belum terpuaskan. Maka berangkatlah ia ke Syria, untuk belajar sertra mengambil ijazah ilmu-ilmu tafsir dan ilmu-ilmu hadits kepada para ulama di sana. Antara lain Al-Hafizh Al-’Alim Allamah Al-Muhaddits Sayyid Muhammad Badaruddin Al-Husaini Ad-Dimasyqi, Asy-Syaikh Al-Allamah Al-Arif billah Izzuddin Al-Ghaznawi, Asy-Syaikh Al-Allamah Al-Mufassir Muhammad Asy-Syami, As-Syaikh Al-’Alim Al-’Allamah Muhammad An-Nabhani (pengasuh Madrasah Diniyah An-Nahdlatul Ulum Al-Halabi), As-Syaikh Al-’Alim Al-Allamah Rasyid Rasyad Ad-Dimasyqi.
Dari Syria, ia menuju Irak. Di sana, ia memperdalam ilmu dengan beberapa ulama besar. Antara lain Al-’Allamah Al-Muhaddits Abdul Hay An-Naisyabur, Al-Allamah Mahmud bin Ahmad Al-Baghdadi, Asy-Syaikh Al-Arif Billah Muhammad Bisa Ahmad As-Sayid Ar-Rifa’i, Asy-Syaikh Al-’Allamah Al-Quthb Al-Ghauts Al-Akbar Muhammad Al-Fasi, Sayyid Ahmad bin Muhammad Mahyuddin Al-Husaini.
Setelah menuntut ilmu di Irak, ia melanjutkan pengembaraannya ke Negeri Piramida, Mesir, yang cukup terkenal sebagai gudangnya ilmu dan ulama. Di sana, ia memperdalam ilmu kepada para ulama negeri itu, seperti Asy-Syaikh Al-Imam Al-’Arif billah Sayyid Muhammad bin Shaleh Al-Ja’fari (imam mufti Al-Azhar Syarif, Mesir), Asy-Syaikh Al-Alim Al-Allamah Hasanain Muhammad Makhluf (mufti Mesir), Asy-Syaikh Prof. Dr. Al-Imam Abdul Halim Mahmud (rektor Al-Azhar University, Mesir), Al-’Alim Al-Allamah Syaikh Muhammad Sulaiman bin Muhammad An-Namiri At-Thanthawi (rektor University Jami’ah Muhammiyah Asy-Syafa Thantha).
Kemudian ia ke Maroko. Di sana, ia antara lain belajar kepada Al-Hafizh Al-Muhaddits Sayyid Ahmad bin Shiddiq Al-Ghumari, Al’Alim Al-Allamah Syaikh Abdul Aziz Shiddiq Al-Ghumari, Asy-Syaikh Al-’Allamah Asy-Syarif Muhammad bin Abbas Al-Fasi Al-Hasani.
Lalu, ia hijrah ke Yaman. Di sana antara lain ia memperdalam ilmu kepada Asy-Syaikh Al-Allamah Al-Faqih Yahya Al-Ahdal, Al-Arif billah Sayyid Abu Madyan, Asy-Syaikh Al-’Allamah Al-Faqih Abdullah Al-Lahiji, Al-Allamah Asy-Syaikh Al-Muhaddits Al-Yamani Ahmad bin Yahya bin Abdul Wasyi.
Ia juga pernah mengambil ijazah dari dua ulama besar negeri Sudan, yaitu Syaikh Ibrahim Ar-Rasyidi As-Sudani dan Syaikh Al-’Allamah Ahmad Jabarti.
Begitulah waktu terus berjalan, hingga akhirnya pada tahun 1986 ia kembali ke tanah air, dan langsung menuju kampung halaman di Sungai Gampa Marabahan, Barito Kuala, Kalimantan Selatan. Kedua orangtuanya selalu menanti kedatangan anaknya yang tercinta yang sudah dua belas tahun menetap di Timur Tengah.
Atas inisiatif keluarga, ia kemudian membeli rumah di Martapura, yaitu di Jalan Pesayangan Gang Kurnia RT I No. 1.
Beberapa saat ia menempati rumah yang baru dibeli, sambil merasakan nikmatnya barakah berkumpul dengan guru-guru dan ulama-ulama di Martapura, seperti K.H. Samman Mulia, K.H. Muhammad Zaini Ghani, K.H. Husin Dahlan, K.H.M. Ramli Radhi, K.H. Badaruddin, K.H. M. Royani.
Namun kemudian beberapa keluarga dan kawan seperguruan sekaligus gurunya, K.H. Muhammad Shafwan (Guru Handil), Handil 6 Muara Jawa, sangat mengharapkan supaya ia bisa mengajar di Balikpapan khususnya, Kalimantan Timur umumnya.
Maka ia pun melakukan shalat Istikharah, sambil menanti saran serta pertimbangan dari guru yang mulia, K.H. M. Syarwani Abdan, Bangil.
Qadar Allah SWT berlaku jua. Dengan penuh rasa ikhlas, ia pindah dan menetap di Balikpapan.
Dengan bantuan dan dorongan istri setia, ia dapat membeli rumah yang sederhana di Balikpapan Timur.
Maka begitulah, pada pertengahan tahun 1987, mulailah dibangun Pondok Pesantren Syech Muhammad Arsyad Al-Banjari.
Sumber : http://majalah-alkisah.com
Posting Komentar