Menteri Agama RI ke-21 Lukman Hakim Saifuddin mengatakan, di era 
globalisasi seperti sekarang ini pendidikan Islam, khususnya pesantren, 
makin sangat dibutuhkan. Karena di lembaga yang didirikan para kiai itu 
memiliki beberapa hal yang tidak dimiliki lembaga lain. 
Menurutnya, para santri tidak hanya belajar bagaimana mengetahui dan memahami (learning how to know or to understand) terkait materi yang diajarkan di pesantren. “Tapi juga learning how to do
 (belajar bagaimana melakukan).  Karena mereka melakukan sendiri apa 
saja yang menjadi kebutuhannya.  Jadi, aspek kemandirian itu luar biasa 
sangat ditekankan di pesantren.  Selain itu, yang tidak kalah penting 
dan mungkin sangat spesifik yang  tidak dimiliki lembaga lain adalah 
learning how to life together,”  paparnya.
Lukman menyampaikan hal tersebut saat menghadiri kuliah umum di  
Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Hamidiyah Depok, Senin (15/9/14) petang.  
Kuliah umum yang dihelat di lantai 4 tersebut mengusung tema "Pendidikan
  Islam dan Tantangan Pembentukan Karakter Bangsa di Era Globalisasi."  
STAI Al-Hamidiyah adalah lembaga pendidikan di bawah naungan Pesantren  
 Al-Hamidiyah yang didirikan oleh tokoh NU, KH Ahmad Syaikhu.
Bedanya
 pesantren dengan lembaga lain, lanjut Lukman, santri hidup selama 24 
jam di dalamnya. Untuk hidup bersama dengan orang-orang yang berbeda, 
menjadi modal sangat besar untuk menjadi Indonesia. “Setiap bayi yang 
lahir belum mengindonesia. Bayi itu masih sesuai dengan etnis orang 
tuanya. Kita menjadi Indonesia pertama kali ketika bersekolah atau duduk
 di bangku pendidikan,” terangnya.
Lukman menambahkan, yang tidak kalah penting, pesantren juga menentukan learning how to be (menjadi
 diri sendiri) setelah mengalami proses pendidikan selama kurun waktu 
tertentu. Oleh karenanya, karakter atau kepribadian sangat ditekankan 
pesantren. Sebab karakter adalah jati diri setiap manusia. “Nah, setiap 
manusia punya jiwa. Sementara jiwa dari sebuah bangsa itu terletak 
kepada karakter mayoritas warganya,” tegas dia.
Lukman didampingi
 Direktur Pendidikan Tinggi Islam Direktorat Jenderal Pendidikan Islam 
Kementerian Agama Prof Dr Dede Rosyada. Kepala Kanwil Kemenag Jawa Barat
 dan Kepala Kantor Kemenag Kota Depok juga hadir. Ketua Yayasan Islam 
Al-Hamidiyah Dr H Imam Susanto Syaikhu dan Pengasuh Pesantren 
Al-Hamidiyah KH Zainuddin Ma'shum Ali yang juga Rais Syuriah PCNU Kota 
Depok duduk mendampingi menteri.
Pantauan NU Online, 
ratusan mahasiswa dan para dosen tampak serius memperhatikan pengarahan 
menteri agama. Sebelumnya, hadirin dibius oleh pemaparan narasumber pada
 sesi pertama yakni Emil Elestianto Dardak PhD, doktor termuda dari 
Ritsumeikan Asia Pasific University yang juga pengurus PCINU Jepang.
Usai
 sesi tanya-jawab dan penyerahan kenang-kenangan, Ketua Yayasan Dr H 
Imam Syaikhu mendampingi rombongan Menteri Agama menuju masjid pesantren
 yang berada di tengah-tengah Pesantren Al-Hamidiyah untuk jamaah shalat
 Maghrib. Di sebelah kanan masjid, Almaghfurlah KH Ahmad Syaikhu, sang 
pendiri pesantren, dimakamkan. (Ali Musthofa Asrori/Mahbib/nuon)



 
 

Posting Komentar