Departemen Media dan Informasi Pengurus Wilayah Rabithah Ma'ahid
Islamiyyah Nahdlatul Ulama (RMINU) Jawa Tengah mengadakan Pelatihan
Jurnalisme Pesantren dan Upgrading Website-Networking, Jumat-Ahad
(21/9). Hadir sebagai peserta dua orang perwakilan dari masing-masing
karesidenan se-Jawa Tengah.
Pelatihan yang digelar di kantor RMI NU Jateng sebagai bagian dan upaya untuk memperkuat budaya tulis-menulis yang ada di kalangan pesantren. Mohammad Farid Fad selaku sekretaris RMI NU Jateng menyatakan, budaya tulis menulis merupakan tradisi yang diwariskan Nabi, sahabat, hingga ulama dengan bukti penulisan Al-Qur’an dan Hadits hingga karangan kitab-kitab. "Komunitas pesantren bagaimanapun juga harus tahu dan melek terhadap dunia jurnalistik," tambah Farid.
Pesantren dinilai masih minim sumbangsih dalam persaingan di dunia maya. "Nah, positioning santri berada dimana? Apakah hanya diam saja, adh’aful iman (selemah-lemahanya iman), apakah hal inilah yang dikatakan rasulullah?" tutur Farid.
Salah satu pemateri, Munawir Aziz, pada forum itu menjelaskan tentang topik jurnalisme pesantren. "Intinya adalah jurnalisme yang menggunakan perspektif ala santri. Apa isu pesantren yang bisa kita angkat. Dalam bahasa publik tentunya," ungkap Munawir. Menurtnya, selama ini santri belum banyak mengisi ruang kosong di dunia maya dalam menyampaikan gagasan-gagasan yang diusung oleh pesantren.
Sebagai tindak lanjut, RMI menyediakan website www.rmi-jateng.org yang bisa digunakan untuk mengimplementasikan hasil pelatihan tersebut. Peserta dapat menjadi kontributor dari masing-masing karesidenan.
Pelatihan ini juga menghadirkan Bayu Widyasanyata dari Ametis Institut Jakarta sebagai pemateri. Peserta diperkenalkan dengan materi wordpress dan pengelolaan website www.rmi-jateng.org. Harapannya, peserta bisa menguasai dengan baik media management. Bekal inilah yang dimiliki oleh peserta ke depan untuk menyuarakan jurnalisme pesantren dimulai dengan dunia maya. (M Zulfa/Mahbib/nuona)
Pelatihan yang digelar di kantor RMI NU Jateng sebagai bagian dan upaya untuk memperkuat budaya tulis-menulis yang ada di kalangan pesantren. Mohammad Farid Fad selaku sekretaris RMI NU Jateng menyatakan, budaya tulis menulis merupakan tradisi yang diwariskan Nabi, sahabat, hingga ulama dengan bukti penulisan Al-Qur’an dan Hadits hingga karangan kitab-kitab. "Komunitas pesantren bagaimanapun juga harus tahu dan melek terhadap dunia jurnalistik," tambah Farid.
Pesantren dinilai masih minim sumbangsih dalam persaingan di dunia maya. "Nah, positioning santri berada dimana? Apakah hanya diam saja, adh’aful iman (selemah-lemahanya iman), apakah hal inilah yang dikatakan rasulullah?" tutur Farid.
Salah satu pemateri, Munawir Aziz, pada forum itu menjelaskan tentang topik jurnalisme pesantren. "Intinya adalah jurnalisme yang menggunakan perspektif ala santri. Apa isu pesantren yang bisa kita angkat. Dalam bahasa publik tentunya," ungkap Munawir. Menurtnya, selama ini santri belum banyak mengisi ruang kosong di dunia maya dalam menyampaikan gagasan-gagasan yang diusung oleh pesantren.
Sebagai tindak lanjut, RMI menyediakan website www.rmi-jateng.org yang bisa digunakan untuk mengimplementasikan hasil pelatihan tersebut. Peserta dapat menjadi kontributor dari masing-masing karesidenan.
Pelatihan ini juga menghadirkan Bayu Widyasanyata dari Ametis Institut Jakarta sebagai pemateri. Peserta diperkenalkan dengan materi wordpress dan pengelolaan website www.rmi-jateng.org. Harapannya, peserta bisa menguasai dengan baik media management. Bekal inilah yang dimiliki oleh peserta ke depan untuk menyuarakan jurnalisme pesantren dimulai dengan dunia maya. (M Zulfa/Mahbib/nuona)
Posting Komentar