Musyawarah Fathul Qorib (MFQ) Madrasah Mu’allimin Hasyim Asy’ari
Pesantren Tebuireng berupaya membangkitkan kembali tradisi bahtsul
masa’il bagi santri. Mereka mengadakan pendidikan dan pelatihan bahtsul
masa’il di aula utama Perpustakaan A. Wahid Hasyim Pesantren Tebuireng.
Mudir Madrasah Muallimin Hasyim Asy’ari Ustadz Su’udi, yang hadir pada kegiatan (22/09/2014) mengungkapkan kebanggaanya dan mendukung penuh kegiatan seperti ini. Dia berharap diklat bahtsul masa’il pertama MFQ akan berlanjut menjadi majelis yang berkompeten dan menelurkan para musyawirin yang menguasai keilmuaan Islam khususnya di bidang fiqih.
Sementara Ustad Sigit dalam sambutan berpendapat, musyawarah itu sangat penting untuk mengembangkan kemampuan santri memahami kitab kuning.
Ia juga menaruh harapan besar agar forum ini adalah titik awal kebangkitan kajian keilmuan Islam di Tebuireng yang akan mencetak pakar bahtsul masail yang berkompeten. “Semoga kalian benar-benar jadi ulama’-ulama’ masa depan,” doanya mengakhir sambutan.
Ketua MFQ, M. Rudik mengatakan, Tebuireng adalah pondok pesantren besar. Kajian yang sudah lama hilang ini perlu dihidupkan kembali. “Ingin sekali membawa MFQ menjadi organisasi atau wadah para musyawirin di lingkup Pesantren Tebuireng,” tutur santri asal Sidoarjo ini.
Kegiatan yang diikuti sekitar 70 santri yang terdiri santri Madrasah Muallimin Hasyim Asy’ari dan Madrasah Aliyah Salafiyah Syafi’iyah Tebuireng ini, mendatangkan pemateri seorang pakar bahtsul masa’il dari Pondok Pesantren Lirboyo Kediri, Ustadz Arif Ridlwan Akbar.
Arif mengajak para peserta untuk terus mentradisikan bahtsul masa’il di lingkungan pesantren. “Kalau tanpa bahtsul masa’il, bagaimana kita bisa menjawab pertanyaan masyarakat”, ungkap beliau di tengah-tengah memberikan materi. (Abror/Alawi/nuon)
Mudir Madrasah Muallimin Hasyim Asy’ari Ustadz Su’udi, yang hadir pada kegiatan (22/09/2014) mengungkapkan kebanggaanya dan mendukung penuh kegiatan seperti ini. Dia berharap diklat bahtsul masa’il pertama MFQ akan berlanjut menjadi majelis yang berkompeten dan menelurkan para musyawirin yang menguasai keilmuaan Islam khususnya di bidang fiqih.
Sementara Ustad Sigit dalam sambutan berpendapat, musyawarah itu sangat penting untuk mengembangkan kemampuan santri memahami kitab kuning.
Ia juga menaruh harapan besar agar forum ini adalah titik awal kebangkitan kajian keilmuan Islam di Tebuireng yang akan mencetak pakar bahtsul masail yang berkompeten. “Semoga kalian benar-benar jadi ulama’-ulama’ masa depan,” doanya mengakhir sambutan.
Ketua MFQ, M. Rudik mengatakan, Tebuireng adalah pondok pesantren besar. Kajian yang sudah lama hilang ini perlu dihidupkan kembali. “Ingin sekali membawa MFQ menjadi organisasi atau wadah para musyawirin di lingkup Pesantren Tebuireng,” tutur santri asal Sidoarjo ini.
Kegiatan yang diikuti sekitar 70 santri yang terdiri santri Madrasah Muallimin Hasyim Asy’ari dan Madrasah Aliyah Salafiyah Syafi’iyah Tebuireng ini, mendatangkan pemateri seorang pakar bahtsul masa’il dari Pondok Pesantren Lirboyo Kediri, Ustadz Arif Ridlwan Akbar.
Arif mengajak para peserta untuk terus mentradisikan bahtsul masa’il di lingkungan pesantren. “Kalau tanpa bahtsul masa’il, bagaimana kita bisa menjawab pertanyaan masyarakat”, ungkap beliau di tengah-tengah memberikan materi. (Abror/Alawi/nuon)
Posting Komentar